Sebuah Catatan....
HANURA (Hati
Nurani Rakyat) sebuah kata yang sangat sederhana, namun memiliki makna yang
dalam dengan diiringi filosofi yang mendasar dan substansial langsung ke
sasaran .kataNurani memiliki kekuatan karena Nurani ada dan tertancap di setiap
makhluk yang bernama manusia. Sedikit saya ingin gambarkan sepenggel kisah
mengapa saya bergabung ke Partai Hanura dann bagaimana kronologis perjalanan
politik saya. Saya ingin menceritakan apa adanya baik yang keluar dari hati,
baik apa yang saya alami selama ini sebagai pelaku politik maupun sebagai
konsultan politik praktis maupun saya sebagai aktifis pergerakan.
a. Aktifis Pergerakan 98
Sewaktu saya duduk di bangku perkuliahan yang menginjak
semester awal sekitar tahun 1997. Di kalangan kampus sudah mulai tersebar virus
anti Soeharto, wacana penggulingan rezim itusudah begitu mencuat dan tersebar
luas tidak hanya di kalangan aktifis kampus namun juga hingga hampir di seluruh
elemen lapisan masyarakat. Tentu dengan berbagai analogi mungkin karena factor penguasaan
rezim ORBA yang sudah lebih dari 30 tahun berkuasa terkait kebijakan politiknya
yang meninggalkan bekas luka di kalangan yang tidak merasa di untungkan, juga
timbulnya monopoli di berbagai aspek serta terjadinya oligarki kekuasaan dan
diktatorisme kepemimpinan Soeharto. Singkatnya sejak 1997 saya mulai mengikuti
dan bergabung dengan para aktifis baik di kalangan internal kampus maupun
dengan lintas sektoral kampus. Gerakan kampus pada waktu itu muncul beberapa
kelompok yang mengatasnamakan jaringan dengan nama kelompok yang berbeda serta
latar belakang organisasi internal maupun eksternal yang berbeda baik itu yang
dikatakan kelompok keras, semi keras maupun kelompok soft forces. Awal pergerakan
di lingkungan eksternal kampus saya bergabung dengan kawan-kawan Forkot (forum
kota) yang di motori oleh beberapa aktifis yang selanjutnya banyak yang menjadi
tokoh kampus pada waktu itu dan ada yang masih eksis hingga saat ini. Saya melihat
keperbedaan Visi ketika membaur dengan kawan-kawan forkot, akhirnya saya
menginisiatifkan untuk merangkul beberapa kawan dari berbagai kampus untuk
membuat wadah baru yang lebih independen dan memiliki netralitas perjuangan
tanpa campur tangan elit politiksaya mendirikan FJK (Forum Jatiwaringin
Kalimalang) yang memiliki anggota di 13 kampus yaitu kampus-kampus yang
menyebar di jalur kalimalang, dan selanjutnya menjadi Forum Jakarta. Saat itu
saya di tunjuk sebagai Ketua Presidium.
Hampir setiap hari kami aksi, hingga jatuhnya rezim orba pada 20 Mei 1998. Sungguh eforia politik pada
waktu itu sangatlah memuncak dan hampir semua aktifis pergerakan merasa bangga
karena telah melakukan andil besar terhadap kejatuhan soeharto, mereka
sesungguhnya dan kami semua tidak segera menyadari bahwa pada momentum itu,
peran-peran strategis sedang di curi oleh para pelaku politik generasi Tua yang
pada era Soeharto tidak kebagian tempat atau bahkan tidak sedikit para pembelot
Soeharto menjadi seolah pahlawan bertopeng. Wiranto yang pada kala itu sebagai MENHANKAM/PANGAB
tentu dalam pandangan kami tiada lain adalah musuh bersama selain dia bagian
dari rezim dia juga bertanggung jawab terhadap dampak kekerasan militer maupun
korban yang telah menjadi pahlawan reformasi saat itu.pergerakan kami terus
berjalan hingga apapun kebijakan rezim baru yang menggan tikan Soeharto itu
adalah Habibie adalah merupakan kepanjang tanganan dari soeharto maka habibie
pun harus di lengserkan dengan format SI(siding Istimewa). Singkatnya jatuhlah
habibie walaupun kami juga masih berdarah-darah dilapangan dengan menghadapi
berbagai kasus khususnya semanggi I dan Semanggi II.kejadian itu sungguh sangat
mencekam dan malam-malam yang kami lewati adalah kengerian ada ketidak jelasan
nasib bangsa kita kedepan, kami tidak bangga, sungguh kami sangat frustasi
melihat kondisi bangsa yang sangat terpuruk. Keamanan yang tidak ada, harga barang-barang naik,serta
perubahan social masyarakat yang sangat berubah dari kondisi yang serba
tertutup memasuki era yang serba terbuka, pers terbuka,segalanyapun serba
terbuka. Semenjak kejatuha Habibie kami memberhintikan pergerakan hingga Gus Dur berkuasa dan kekuasaaany tidak
berjalan lama karena juga anyak kelompok yang merasa tidak terpuaskan.
b. Memasuki Politik Praktis
Boleh
siapapun mengatakan bahwa saya itu opportunis, namun sesungguhnya para
mahasiswa atau aktifis Mahasiswa rata-rata mereka allergy terhadap partai
politik, ya termasuk saya. Namun dalam buku DBS karya besar Bung Karno, “Partai
adalah Alat kalau ingin masuk dalam lingkaran kekuasaan atau berkuasa ya
berpartailah” maka statemen itu yang terus terngiang di telinga saya dan
sehingga saya memutuskan untuk bergabung pada salah satu partai Politik. Tahun 1999
saya adalah jurkamnas PDIP dan menjadi caleg di Propinsi DKI dengan no urut
jadi, namun dengan berbagai pertimbangan terkait usia saya yang pada waktu itu relative
masih muda sekitar 25 Tahun maka saya hawatir saya lupa diri dan tidak
konsisten lagi dalam perjuangan, maka saya mengundurkan diri dan tidak lagi
menjadi pengurus Partai. Di tengah perjalanan sekitar tahun 2001 saya bertemu dengan Prof
Dimyati Hartono mantan pendiri PDIP yang
pada waktu 1999 kami sering berkampanye bersama. Pak Dim.yang mendirikan partai
PITA dan saya bergabung di dalamnya. Saya di posisikan sebagai Ketua Bidang
Agama dan Politik di DPP Partai PITA, kami berjuang ke daerah-daerah untuk
bersosialisasi namun partai PITA tidak lolos Verifikasi karena diganjal oleh
Megawati/PDIP yang sedang berkuasa pada waktu itu. Selepas kiegagalan di Partai
Pita saya bertemu dengan Prof Ahmad Mubarok yang merupakan salah satu pendir
partai Demokrat, saya dengan Pak Mubarok itu seperti Ayah dan anak karena
selain dosen dulu saat saya menjadi mahasiswanya saya sering berkumpul di
musolanya di sekitar jati waringan , berdiskusi dan sangat dekat sekali. Pak
Mubarok mengajak saya bergabung ke Demokrat, dia begitu antusias memarketingkan
Demokrat namun lagi-lagi saya tidak memiliki minta berpartai karena saya cukup
trauma dengan apa yang saya alami di Partai PITA sebelumnya.
c. Aktif di LSM
Karena saya merasa partai bukan wadah saya lag sebab begitu
kentalnya pertarungan di dalamnya saya banyak aktif di LSM salahsatunya saya
mendirikan LIRA(lumbung informasi Rakyat) bersama Yusuf rizal yang selanjutnya
membentuk Presiden Senter sebagai tim bayangan SBY lagi-lagi saya merasakan
ketidak nyamanan berorganisasi saat melihat para pelaku elit di dalam lingkaran
istana dibawah kepemimpinan SBY yang sangat maruk dengan kekuasaan dan terlalu
tidak bernurani dalam melakukan kebijakan, moral mereka kebanyakan bejat karena
banyak kader di lingkungan istana itu orang lama ORBA yang menyebarkan virus
kerusakan moral. Saya lebih menggarap sebagai konsultan maupun tim sukses
Bupati maupun Gubernur. Ada banyak bupati yant telah menduduki pos serta
beberapa Gubernur yang Alhamdulillah jadi manakala saya sebagai konsultan
politiknya. Saya mendirikan Infocus(Indonesia Political Consultant).
d. Masuk Hanura
Pertemuan
saya dengan Hanura dialami secara tidak sengaja, memang sebelumnya saya telah
menganalisi parpol mana yang kira-kira cocok dan benar-benar pas dengan hati
saya. Suatu ketika saya di undang nonton bersama oleh seorang pengusaha
Nasional yaitu Sandiaga s Uno, saat saya menghadiri acara tersebut tidak
menyangka banyak sekali tokoh-tokoh sekaliber nasional hadir ada Abdul Latif,
Fahmi Idris, Para Artis dan lain-lain. Salah satu diantara mereka yang saya
kenal cukup baik yaitu Yuddy Chrisnandi, sewaktu dia menjadi anggota DPR dari
Golkar sering menghadiri acara saya dengan LIRA. Singkatnya Kang Yuddy mengajak saya bergabung ke HANURA
dan akan mempertemukan saya dengan pak Wiranto, saya minta waktu sekitar 2
minggu untuk memikirkannya. Setelah melalui proses istikhoroh politik akhirnya
saya menyepakati dan bergabung di HANURA dan bersama Yuddy di Bappilu DPP HANURA.
e. Wiranto
Saat pertama
kali saya ketemu Pak Wiranto sekitar awal tahun 2011, dia menjelaskan visi dan Misinya dan menceritakan kronologis
kejatuhan Pak Harto, dan menceritakan penolakannya terhadap pak Harto yang
telah memberikan semacam SUPERSEMAR. “Mas Aceng Kalo saya mau berkuasa saat itu
ya sangat bisa ga usah harus repot-repot mendirikan partai dan berkompetisi
segala, karena saya tidak ingin korban lebih banyak karena saya tahu saat itu
sedang membenci saya karena ada didalamnya” kata pak Wiranto., egitu panjangnya
beliau menceritakan kronologis hingga konsentrasi kefokusan perjuangan terhadap agama dan
perjuanga terhadap rakyat, akhirnya saya mengetahui siapa dan bagaimana
sesungguhnya Wiranto itu, mulailah saya mengaguminya dan sejak itulah saya
sering mengikuti kegiatan-kegiatan di Hanura bersama pak Wiranto. Dan Insyaalloh
Hanura sudah menjadi pilihan politik saya untuk memperjuangkan Rakyat yang tertinda, menegakan
amar ma’ruf dan nahi munkar. Saya telah di tunjuk oleh DPP untuk menjadi
perwakilan dari daerah Garut dan Tasik.
Kesimpulan.
Saya sebagai
aktifis tentunya saya telah analisa apa yang menjadi langkah politik saya ini,
saya tidak ingin berpolitik tanpa nurani .saya ingin hidup saya bermanfaat
untuk masyarakat banyak, bukan untuk saya pribadi. Saya ingin saat saya
meninggal mereka mendo’akan saya untuk kebahagiaan di alam kubur dan saya tidak
ingin di hari akhir kelak saya penuh dengan siksa dan azab akibat perilaku
kebijakan dan kesalahan dalam berpolitik. Mohon do’a dan dukungannya, mari kita
berjuang bersama. Teguhkan Nurani,Tegakan Kebenaran…Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar