"Ini rentan sekali untuk calon kepala daerah (yang diusung Demokrat), pengurus daerah, untuk meninggalkan," kata pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, dalam diskusi dengan tema "Demokrat Terguncang" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu 28 Januari 2012.
Menurut Yunarto, kemenangan Demokrat dalam pemilu tahun 2009 lalu menjadi daya tarik luar biasa bagi para pejabat-pejabat di daerah untuk bergabung ke partai berlambang Mercy ini. Banyak calon kepala daerah atau bahkan kepala daerah yang sudah menjabat beralih hati ke Demokrat. Bahkan artis-artis pun berbondong-bondong menjadi bagian dari partai ini.
Namun masalah hukum kasus Wisma Atlet yang diduga melibatkan pejabat tinggi Demokrat, dan terus menjadi pembicaraan publik, bisa menjadi pemicu yang membuat partai ini ditinggalkan. "Rentan sekali dicintai ketika dia besar, tapi ketika bermasalah dia paling pertama ditinggalkan," ujarnya.
Konsekuensinya, lanjut Yunarto, ada dua partai besar yaitu Partai Golkar dan PDI Perjuangan yang diuntungkan atas situasi ini. Mereka bisa menampung suara-suara yang tercecer. Di sisi lain, Demokrat pun tak bisa menyalahkan kedua partai ini. "Kalau stagnan, orang melihat partai ini negatif, dalam teori elektoral suara itu akan lari ke dua partai ini," ujarnya.
Yunarto berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat sebagai ketua Dewan Pembina Partai Demokrat harus segera menjadi tokoh kunci dalam menyelesaikan masalah di internal partainya. Dengan begitu Demokrat benar-benar menjadi partai yang modern dan segera melakukan konsolidasi untuk menghadapi pemilu 2014 nanti.
"Langkah transisi membutuhkan SBY itu betul, tapi sebagai jembatan saja. Supaya Demokrat selamat dari Nazaruddin, dan 2014 perolehan suara tidak turun-turun banget," kata dia. [mam/tmp]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar