Karena menyebutkan pengacara Nazaruddin, Elza Syarief adalah kader Hanura yang mempunyai misi khusus melalui perannya itu untuk menghancurkan Demokrat di sidang pengadilan, dan menyebutkan bahwa Wiranto mempunyai rencana makar menggulingkan SBY, maka Ketua Umum Hanura itu pun membalasnya dengan antara lain mengatakan bahwa Ramadhan Pohan – petinggi Partai Demokrat yang mangatakan hal itu, telah membuat pernyataan yang bodoh.
“Pernyataan Ramadhan Pohan itu bodoh!” Kata Wiranto.
Ramadhan
Pohan mengaku kaget (dan marah) karena Ketua Umum Partai Hanura,
Wiranto menyebutkan pernyataannya itu sebagai pernyataan yang bodoh.
“Saya
kaget, Pak Wiranto menyebut istilah ‘bodoh” yang mengarah ke personal
saya. Ini jauh dari karakter bapak bangsa, negarawan, ataupun
purnawirawan sejati. ….”
Berbicara
soal menyebut-nyebut petinggi Demokrat itu sebagai orang(-orang) bodoh
sebenarnya bukan pertamakali ini saja, dan bukan pula Wiranto
satu-satunya orang yang pernah bilang begini.
Sebelumnya,
yang juga pernah menyebutkan kader / petinggi Partai Demokrat bodoh
justru adalah Ketua Dewan Pembinanya sendiri, SBY. Ketika Angelina
Sondakh yang sudah dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK malah
dipindahkan (oleh Ketua Fraksi Jafar Hafsah) dari Komisi VIII ke Komisi
III yang membidangi hukum. Waktu itu menurut Andi Mallarangeng, SBY
marah besar. Saking marahnya SBY mengatakan bahwa tindakan itu adalah
tindakan yang sangat tidak cerdas. “Sangat tidak cerdas” adalah
penghalusan dari kata “bodoh”.
Jadi,
sebelum Wiranto mengatakan pernyataan Ramadhan Pohan itu bodoh, SBY
sendiri sudah lebih dulu mengatakan hal serupa kepada kadernya sendiri.
Apabila
Ramadhan Pohan konsisten dengan penilaiannya terhadap Wiranto, maka
seharusnya penilaiannya juga berlaku bagi SBY, yakni menurut Ramadhan,
menyebutkan seseorang itu “bodoh”, bagi pengucapnya, ini jauh dari karakter bapak bangsa, negarawan, ataupun purwirawan sejati.
Yang
bilang petinggi Demokrat banyak orang bodohnya, bukan hanya kali ini
saja terjadi. Dan, bukan hanya Wiranto, dan SBY saja yang pernah
mengatakan demikian.
Sebelumnya
sudah cukup banyak orang yang menilai dan mengatakan demikian. Kata
mereka, tidak heran, karena di Demokrat itu banyak politikus oportunis,
jadian, dan karbitan.
Ketika
terjadi pemindahan Angelina Sondakh ke Komisi Hukum, padahal yang
bersangkutan baru saja dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK sudah
banyak orang yang sangat terkejut mendengarnya. Maka sebutan-sebutan
bodoh, konyol dan sejenisnya pun diarahkan ke Demokrat. Bahkan anggota
Dewan Pembina Demokrat sendiri, antara lain Hayono Isman pun turut
mengatakan bahwa itu sebagai tindakan yang bodoh.
Belum
reda heboh dari DPR itu, keluar lagi pernyataan konyol lainnya dari
kader Demokrat lainnya, Jemmy Setiawan yang menyerukan supaya semua
kader Demokrat memboikot media, karena selama ini terus menyudutkan
Demokrat dengan berita-beritanya. Maka lontaran kata bodoh pun
berkumandang kepada Demokrat. Para petinggi Demokrat lain pun buru-buru
membantah pernyataan bodoh dari Jemmy Setiawan itu.
Di
Metro TV, pada 1 Agustus 2011 lalu, Pakar Hukum Pidana, J.E Sahetapy
juga pernah mengatakan bahwa pernyataan Ketua DPR Marzuki Alie, yang
juga adalah Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sebagai pernyataan
sampah. Berkaitan dengan pernyataan Marzuki Alie tentang pengampunan
terhadap koruptor, dan mewajibkan mereka membayar pajak dari hasil
korupsinya itu.
Pengamat Politik dari Study for Indonesia Government Indepth (SIGI), Medial Alamsyah, di Matanews.com,
dengan tegas menyatakan Marzuki Alie adalah salah satu produk gagal
dari sekian banyak politikus bodoh dari Demokrat. Dia merasa heran,
kenapa Partai Demokrat bisa memiliki kader seperti Marzuki.
“Kenapa orang macam Marzuki begitu banyak di Partai Demokrat? Dia (Marzuki) lolos menjadi anggota DPR, ‘kan aneh? Apalagi kok bisa menjadi petinggi!” katanya (Matanew.com, 1 Agustus 2011).
*
Bagaimana
dengan pernyataan Ramadhan Pohan sendiri tentang misi terselubung
pengacara Nazaruddin, Elza Syarief, seorang pengacara ulung yang juga
kader Hanura itu? Ramadhan juga antara lain mengatakan bahwa sangat
tidak pantas seorang petinggi Partai hanura menjadi pengacara bagi
Nazaruddin. Karena pasti terjadi konflik kepentingan, yang membawa
misinya untuk menghancurkan para petinggi Demokrat melalui sidang
pengadilan itu.
Bagaimana juga dengan tudingan makarnya kepada Wiranto?
Apakah termasuk pernyataan-pernyataan dan tuduhan yang bodoh juga?
Yang
sudah pasti telah keluar keterangan dari DPP Partai Demokrat melalui
Ketua Komunikasi dan Informasi PD, Andi Nurpati bahwa pernyataan
Ramadhan Pohan tersebut tidak mewakili partainya, tetapi merupakan
pernyataan pribadinya. DPP PD juga akan segera memanggil Ramadhan untuk
diminta keterangan dan pertanggungjawabannya atas tudingan makarnya
kepada Wiranto itu (Metrotvnews.com, 06/03/2012).
Ini
merupakan indikasi dari DPP PD bahwa ada benarnya Ramadhan Pohan telah
dinilai membuat pernyataan yang sangat tidak cerdas lagi, alias bodoh.
Ramadhan
Pohan mengatakan sangat tidak etis kalau Elza Syarief yang juga adalah
petinggi Partai Hanura menjadi pengacara dari Nazaruddin. Karena patut
dicurigai akan terjadi konflik kepentingan. Patut dicurigai pula membawa
misi khusus untuk menyerang para petinggi Demokrat melalui sidang
pengadilan tersebut.
Berbicara
soal konflik kepentingan karena pengacara Elza itu juga adalah petinggi
Partai Hanura, apakah Ramadhan lupa bahwa Menteri Hukum dan HAM yang
sekarang juga adalah petinggi Partai Demokrat? Kalau mau bicara soal
etika dan potensi terjadinya konflik kepentingan, justru posisi Amir
Syamsuddin yang saat ini sebagai Menteri Hukum dan HAM merangkap anggota
Dewan pembina Partai Demokrat-lah yang lebih patut dipertanyakan.
Apalagi di tengah-tengah begitu banyaknya para petinggi Demokrat yang
terkait kasus hukum.
KalauRamadahn
boleh menuduh Elza Syarief melalui perannya sebagai pengacaranya
Nazaruddin menyerang para petinggi Demokrat di pengadilan, maka kita
juga boleh-boleh juga berprasangka bahwa Amir Syamsuddin dengan
jabatannya sebagai Menteri Hukum dan HAM akan melindungi para kader
Demokrat yang tersandung masalah hukum.
Tentang
tuduhan Ramadhan Pohan kepada Wiranto yang hendak melakukan makar.
Apabila benar-benar dia seorang politikus handal nan cerdas seharusnya
Ramadhan lebih dari tahu bahwa tuduhan makar adalah sebuah tuduhan yang
sangat, sangat serius dan peka sekali. Dia harus mempunyai bukti-bukti
yang kuat untuk itu. Dan, bukan tempatnya untuk menyebarluaskan begitu
saja informasi itu, tanpa lebih lanjut mempertanggungjawabkannya. Apakah
dia pikir menjadi politikus itu lantas boleh seenak otaknya membuat
pernyataan dan menuduh kiri-kanan?
Kita
belum lupa dengan pernyataan dan tudingan Ramadhan Pohan juga pada 1
Juni 2011 lalu tentang orang dari luar Partai Demokrat berinisial A yang
ingin menghancurkan partainya. Pada waktu itu juga sudah
jelas orang ini hanya seenaknya menggunakan mulut dan otaknya membuat
pernyataan dan tuduhan asal-asalan, tanpa mau mempertanggungjawabkannya.
Saya
menyebutkan “mulut dan otak”, bukan “otak dan mulut”, karena
kelihatannya dia berbicara dulu baru berpikir. Bukan sebaliknya.
Ketika
itu Ketua Fraksi Demokrat, Jafar Hafsah sendiri dengan keras membantah
tudingan Ramadhan Pohan tentang orang berinial A itu sebagai tudingan
isapan jempol belaka. “Tidak ada politisi beriniasil A, yang ingin
menghancurkan Demokrat!” tegas Jafar wakti itu.
“Kalau ada
yang senang dengan apa yang terjadi di Demokrat saat ini pasti banyak,
tapi kalau soal inisial A itu tidak ada. Tidak ada,” tegas Jafar ketika
itu (detik.com, 01/06/2011).
Entah apa maunya
Ramadhan Pohan dengan perbuatannya ini. Yang jelas akibat perbuatan
salah satu petinggi Demokrat ini lagi-lagi justru semakin mempersulit
posisi Demokrat di mata publik.
Mungkin benar, mereka
sekarang sedang panik karena posisinya semakin sulit. Di tengah-tengah
terus semakin merosotnya tingkat kepercayaan rakyat. Karena terus
dirudung beraneka macam kasus hukum. Kepanikan dan ketakutan itu membuat
mereka menjadi paranoid, ketika rencana pemerintah untuk menaikkan BBM
mendapat penolakan dari banyak pihak. Ketika terjadi demontrasi dan
pernyataan penolakan tersebut, karena paranoid, yang dilihatnya seperti
orang-rang yang hendak melakukan makar.
Kita lihat saja,
tindakan apakah yang akan diambil oleh DPP PD terhadap petingginya yang
bernama Ramadhan Pohan ini? Apakah hanya sekadar dipanggil dan diminta
ketarangnanya sebagai formalitas saja?
Kalau demikian yang
terjadi, maka semakin benarlah bahwa Partai yang satu ini memang terdiri
dari banyak petinggi yang tidak cerdas, tetapi terus dipelihara.
Perilaku Ramadhan
Pohan ini ibarat perilaku anak kecil nakal yang tidak tahu tata-krama,
sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya: “Nak, bilang, ya, sama
papa-mama kamu, ajari kamu sopan-santun, ya?!”
Demikian pula yang diucapkan Elza Syarief dan Wiranto untuk Ramadhan Pohan.
Elza
berpesan kepada Ramadhan: “Ia harus berhati-hati berbicara. Apalagi
Partai Demokrat mengajarkan kadernya bertutur kata yang santun dan
intelek!”
Sedangkan Wiranto berpesan: “Saya pesan ke Ramadhan Pohan, sebaiknya tanya langsung ke Ketua Dewan Pembinanya sebelum Anda berkomentar soal saya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar